Laris Sejak Sedekade Lalu
Di benua lain, potensi larisnya
kosmetik
guna anak-anak bahkan telah terendus
semenjak 2007. The New York Times pernah memuat laporan lembaga penelitian NPD Group yangmenyinggung persentase anak wanita pemakai makeup berusia 8-12 tahun bertambah dua kali lipat sepanjang 2007-2009.
Produk yang
sangat sering digunakan ialah maskara dan eyeliner.
Fenomena ini menciptakan lini produk perawatan wajah
Neutrogena
menerbitkan koleksiguna
anak-anak. Direktur
Neutrogena, Cara Robinson semakin yakin melansir produk tersebut sesudah mendapat data dari lembaga penelitian lain yang mengaku tiga dari empat anak berusia 14-17
tahun rutin
memakai produk alas bedak.
Pada 2016, temuan soal kosmetik anak
masih senada. Lembaga
penelitian pemasaran Mintelmenyinggung 80 persen anak
umur 9-11 tahun
memakai kosmetik dan produk perawatan wajah. Sekitar 54 persen anak rutin memakai pensil alis, eye shadow, dan eye
liner. Sedangkan 45 persen memakai alas bedak dan concealer, dan 30 persen rutin memakai perona pipi dan bronzer.
Mintel bahkan mengerjakan penelitian terhadap anak-anak dengan umur lebih muda, yaitu 6-8 tahun. Sekitar 45 persen dari
mereka ternyata
telah rutin
memakai lipstik/lipgloss. Mereka juga rutin memakai pengharum tubuh berjenis parfum atau body spray.
Alasan utama anak-anak dan remaja memakai makeup ialah agar tampil percaya diri. Rasa
tersebut
dapat didapat
sesudah mereka turut mempraktikkan urusan yang dilaksanakan rekan sebaya atau bocah blogger yang
ditayangkan di media sosial.
Di AS, pelbagai temuan ini dimanfaatkan oleh sebanyak orang yang punya minat memulai bisnis keelokan salah satunya Samantha Cutler empunya produk kosmetik Petite ‘n Pretty.
Lini kosmetik yang ditujukan guna anak berusia empat - 18 tahun. Cutler memilih menjual produk secara daring dan mengandalkan semua blogger keelokan anak-anak sebagai endorser.
Cutler berbicara kepada WWD bahwa ia teratur mengirim paket kosmetik ekuivalen 200-300 dollar pada semua blogger anak-anak. Sejauh ini ia puas sebab para blogger tersebut punya tingkat interaksi yang lumayan intens dengan semua pemakai media sosial.
“Mereka tidak jarang kali semangat untuk mengupayakan kosmetik baru,” kata Cutler yang
merekrut blogger dengan pengikut nyaris satu juta orang di media sosial.
Namun gejala ini turut pula mengundang kontroversi
dan penentangan. Di Inggris,sebanyak aktivis
wanita yang menamai
kumpulan mereka Pinkstinks sempat menyusun kampanye “Slap -- on the face of childhood”.
Kampanye ini digagas
supaya produsenkeelokan
berhenti melansir
produk
guna anak-anak. Aksi ini turut didukung oleh mantan Perdana Menteri Inggris
David Cameron.
“Kampanye ini bertujuan guna mempertanyakan perbuatan perusahaan kosmetik yangberkeinginan masuk ke hidup insan sedini mungkin. Pada kesudahannya mereka mestimempertanggungjawabkan aksinya itu,”
kata Abi Moore, penggagas kampanye.
Amerika Serikat yang dikenal punya
regulasi ketat soal produk kosmetik, ternyata justeru belum punya aturan sah soal komponen yang diizinkan jadi material kosmetik anak-anak,
ataupun lembaga
sah yang bertanggungjawab memantau proses formulasi produk kosmetik anak.
Hal ini turut pula memantik diskusi
panjang: apakah anak-anak telah boleh
menggunakan makeup atau belum? Bagaimana menurutmu?
0 komentar
Posting Komentar